Site icon Pendidikan Bahasa Inggris

Opini: Meneropong Pembelajaran Jarak Jauh Sekolah Menengah Atas di Masa Krisis Pandemi Covid 19 (Crisis Remote Learning) di Bojonegoro. Sudah Sesuaikah dengan Harapan?

Kita bertanya-tanya, apakah pembelajaran jarak jauh di masa krisis pandemi covid 19 telah sesuai dengan yang diharapkan? Sebelum hal ini terjawab maka kita harus merujuk pada kejadian yang melatarbelakangi kejadian ini dalam dua pengertian yang berbeda antara lain pembelajaran online (Online Learning) dan Pembelajaran jarak jauh di masa krisis (Crisis Remote Learning), salah satunya disebabkan karena pandemi covid 19. Pembelajaran online (Online learning) merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media online dan diakses dari jarak jauh melalui suatu perangkat – seperti tablet atau ponsel – di situs web atau melalui aplikasi. Pembelajaran ini memang ditujukan untuk pembelajaran jarak jauh antara pendidik dan peserta didik dengan kesiapan baik learning managemen system (LMS) dan media pembelajarannya. Sedang, pembelajaran jarak jauh di masa krisis sekarang ini (crisis remote learning), berbeda dengan pembelajaran online (online learning), yang mana dikarenakan kejadian yang diluar harapan memaksa peserta didik untuk belajar di rumah dengan menggunakan perangkat elektronik dan media pembelajaran yang bisa dikatakan apa adanya.

Pandemi Covid 19 yang memaksa pendidikan dilakukan melalui jarak jauh menggunakan media online (Crisis Remote Learning) tidak serta merta berjalan lancar. Banyak hambatan yang dihadapi oleh civitas akademi baik pengajar maupun peserta didik, khususnya tingkat sekolah menengah atas (SMA). Ketidaksiapan infrastruktur internet dan juga penguasa teknologi menjadi hambatan yang luar biasa dihadapi. Pendidik dituntut untuk menguasai teknologi yang bagi sebagian orang tidak mudah, namun harus mampu dikuasai. Pengoperasian untuk kegiatan proses belajar mengajar maupun dalam kegiatan penilaian. Di sisi lain, infrastruktur yang tidak memadai dalam jaringan internet membuat pendidik dan peserta didik juga susah melaksanakan proses belajar mengajar dikarenakan sinyal yang terkadang tidak stabil. Namun, pendidik dianjurkan untuk tetap mampu menyampaikan pembelajaran secara jarak jauh kepada peserta didik secara online.

Disisi peserta didik, infrastruktur jaringan internet dan keberadaan gadget dalam pembelajaran online juga menjadi hambatan dalam hal ini. Peserta didik kesulitan dalam jaringan internet yang kadang harus beradaptasi dengan sinyal yang tidak stabil. Hal ini mengakibatkan proses belajar mengajar kurang maksimal. Disisi lain peserta didik tidak memiliki gadget yang memadai untuk diadakan pembelajaran yang mengakibatkan proses belajar mengajar juga tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam hal pengunaan LMS (Learning Manajemen System), beberapa pendidik kesulitan dalam mengoperasikannya. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi yang ada di dalam LMS, Salah satunya penggunaan ms team yang diajurkan oleh Dinas Pendidikan Bojonegoro. Dalam menggunakan ms team, pendidik merasa kesulitan membuat kode kelas, melakukan presensi secara otomatis bahkan dalam mendesain tugas  untuk peserta didik dalam LMS ini. Serta, ketika pendidik sedang mempresentasikan materinya, camera peserta didik tidak dapat on dengan alasan jaringan yang buruk sehingga pendidik tidak mengetahui apa yang dilakukan peserta didik tersebut apakah siap menerima pembelajaran atau tidak. Terkadang peserta didik melakukan aktifitas lain bahkan tertidur sehingga pembelajaran menggunakan media ini tidak efektif dikarenakan ketidaksiapan peserta didik dalam pembelajaran. Dalam hal jaringan internet, terkadang sinyal yang tidak menentu membuat jaringan terputus-putus. Pembelajaran menjadi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan, terkadang jaringan yang tidak stabil mengakibatkan suara tidak terdengar jelas dan bahkan video menjadi tidak muncul.

Dalam hal strategy mengajar pendidik masih kurang memperhatikan bagaimana cara dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif, tata cara bertanya bagi peserta didik, kemampuan turn taking dalam percakapan bahkan kemampuan untuk menjalankan pembelajarn synchronous dan asynchronous dalam pembelajaran jarak jauh ini. Hal ini menjadi tidak mudah dikarenakan peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran ini.

Serta, durasi konsentrasi peserta didik dalam menggunakan media online sangat terbatas. Artinya pendidik diharapkan mampu memiliki kemampuan agar peserta didik tidak merasa bosan di depan laptop atau gadget yang dikarenakan kakunya otot dalam duduk terlalu lama. Pendidik harus mampu membuat suasana yang menyenangkan agar peserta didik merasa senang dan terhibur dengan kegiatan yang menyenangkan ini. Ketidaksiapan kita menghadapi pandemi covid 19 ini menjadi kendala dalam proses belajar mengajar.

Namun, pilihan menggunakan pembelajaran jarak jauh ini adalah pilihan yang logis untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19. Penyebaran virus ini sangatlah berbahaya dan diantisipasi untuk terjadinya penularan yang tidak diinginkan. Apalagi Bojonegoro menjadi zona merah dalam laporan perkembangan penyebaran covid 19 yang artinya sangat berbahaya jika dilaksanakan pembelajaran secara tatap muka.

Meskipun pembelajaran crisis remote learning bukanlah pilihan yang optimal. Namun, ini adalah pilihan terbaik agar penularan covid 19 dapat diputus. Harapannya kita dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka setelah proses vaksinasi selesai dan virus covid 19 telah musnah. Besar harapan kita semua agar pandemi covid 19 segera selesai sehingga kita dapat bertemu secara tatap muka dan melaksanakan kegiatan secara lebih leluasa dan menyenangkan. (MF)

Exit mobile version